JAKARTA - Menteri Perindustrian MS Hidayat menyatakan bahwa pemerintah Indonesia dan Kementerian Pupuk dan Kimia India telah meneken nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) untuk mengembangkan industri pupuk di Indonesia. Kedua negara juga sepakat akan saling mendorong investasi yang menguntungkan.
"Sesuai dengan studi kelayakan teknis dan ekonomi," kata Hidayat melalui keterangan persnya di Jakarta.
Hidayat menuturkan, setelah MoU tersebut, maka kedua negara akan menunjuk satu lembaga atau perusahaan di sektor pupuk untuk melakukan proses negosiasi dari kerja sama yang telah disepakati. Selain itu, juga melakukan studi kelayakan secara menyeluruh terkait rencana pembangunan pabrik pupuk urea di Indonesia. Setelah itu, kata Hidayat, proses kerja sama akan dilanjutkan dengan penandatanganan kesepakatan tentang persyaratan pembangunan pabrik.
Kerja sama tersebut meliputi kesanggupan India untuk menyerap produksi urea dari perusahaan Indonesia dengan harga yang layak. Hidayat menekankan pembelian pupuk oleh India dilakukan jika kebutuhan pupuk di dalam negeri sudah terpenuhi. India juga akan menunjuk perusahaan yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan proyek dan aktivitas pengembangan industri pupuk ini.
Dihubungi terpisah, Anggota Presidium Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI) yang juga Direktur Utama PT Petrokomia Gresik Hidayat Nyakman mengatakan, kerja sama dengan India dilakukan untuk memanfaatkan kelebihan kapasitas produksi pupuk yang tidak terserap di dalam negeri. "Kita akan menyuplai pupuk ke sana," kata Hidayat.
Menurut Hidayat, kapasitas produksi pupuk urea di dalam negeri pada saat ini sudah mencapai 8,8 juta ton. Sedangkan realisasi produksi pada tahun ini ditargetkan mencapai 7.137 juta ton. “Sebaliknya kebutuhan pupuk di dalam negeri juga tidak setinggi kapasitas dan realisasi produksi,”ucap Hidayat.
Kementerian Perindustrian mencatat, hingga November tahun 2010, penggunaan pupuk urea sebesar 5,9 juta ton. Maka, ujar Hidayat Nyakman, apabila India berencana untuk menanamkan modal di sektor pupuk dan membangun pabrik baru, kemungkinan besar hasil produksinya akan diekspor.
“Investasi ini juga akan memanfaatkan produksi batu bara di dalam negeri sebagai pasokan energi untuk produksi pupuk, karena pasokan gas untuk industri pupuk belum memadai,”tandas Hidayat.
Selain pupuk, India juga akan membangun komplek titanium di Indonesia. Trimex Sands Pvt Ltd akan menanamkan modalnya sebesar USD800-850 juta untuk pengembangan kawasan industri pemanfaatan sumber daya mineral berat. (Sandra Karina/Koran SI/wdi)
"Sesuai dengan studi kelayakan teknis dan ekonomi," kata Hidayat melalui keterangan persnya di Jakarta.
Hidayat menuturkan, setelah MoU tersebut, maka kedua negara akan menunjuk satu lembaga atau perusahaan di sektor pupuk untuk melakukan proses negosiasi dari kerja sama yang telah disepakati. Selain itu, juga melakukan studi kelayakan secara menyeluruh terkait rencana pembangunan pabrik pupuk urea di Indonesia. Setelah itu, kata Hidayat, proses kerja sama akan dilanjutkan dengan penandatanganan kesepakatan tentang persyaratan pembangunan pabrik.
Kerja sama tersebut meliputi kesanggupan India untuk menyerap produksi urea dari perusahaan Indonesia dengan harga yang layak. Hidayat menekankan pembelian pupuk oleh India dilakukan jika kebutuhan pupuk di dalam negeri sudah terpenuhi. India juga akan menunjuk perusahaan yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan proyek dan aktivitas pengembangan industri pupuk ini.
Dihubungi terpisah, Anggota Presidium Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI) yang juga Direktur Utama PT Petrokomia Gresik Hidayat Nyakman mengatakan, kerja sama dengan India dilakukan untuk memanfaatkan kelebihan kapasitas produksi pupuk yang tidak terserap di dalam negeri. "Kita akan menyuplai pupuk ke sana," kata Hidayat.
Menurut Hidayat, kapasitas produksi pupuk urea di dalam negeri pada saat ini sudah mencapai 8,8 juta ton. Sedangkan realisasi produksi pada tahun ini ditargetkan mencapai 7.137 juta ton. “Sebaliknya kebutuhan pupuk di dalam negeri juga tidak setinggi kapasitas dan realisasi produksi,”ucap Hidayat.
Kementerian Perindustrian mencatat, hingga November tahun 2010, penggunaan pupuk urea sebesar 5,9 juta ton. Maka, ujar Hidayat Nyakman, apabila India berencana untuk menanamkan modal di sektor pupuk dan membangun pabrik baru, kemungkinan besar hasil produksinya akan diekspor.
“Investasi ini juga akan memanfaatkan produksi batu bara di dalam negeri sebagai pasokan energi untuk produksi pupuk, karena pasokan gas untuk industri pupuk belum memadai,”tandas Hidayat.
Selain pupuk, India juga akan membangun komplek titanium di Indonesia. Trimex Sands Pvt Ltd akan menanamkan modalnya sebesar USD800-850 juta untuk pengembangan kawasan industri pemanfaatan sumber daya mineral berat. (Sandra Karina/Koran SI/wdi)
0 komentar:
Posting Komentar