Jumat, 11 November 2011

Industri Kerajinan Logam Cepogo, Boyolali


Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali Jawa Tengah sudah berpuluh-puluh tahun lamanya dikenal sebagai sentra produksi kerajinan logam tembaga dan kuningan. Produknya pun sudah sejak lama dikenal kalangan konsumen, tidak hanya konsumen domestik tetapi juga konsumen luar negeri.
industri-kerajinan-logam-cepogoPopularitas industri kerajinan logam Cepogo, Boyolali di mata kalangan konsumen itu bisa dicapai berkat keuletan, ketelatenan dan kerja keras serta sentuhan seni bernilai tinggi dari para perajin barang logam di daerah tersebut.
Berbagai barang kerajinan logam berbahan baku kuningan dan tembaga itu dapat ditemukan dalam bentuk barang kebutuhan sehari-hari seperti peralatan masak memasak, washtafel, bathtub, baki/nampan, wadah buah-buahan segar, tempat lilin dan lain-lain hingga produk hiasan interior, patung dari logam, hiasan dinding, lukisan mozaik logam tempa dan lain-lain. Banyak diantara pengusaha kerajinan logam tempa hand made dari kuningan dan tembaga di Cepogo, Boyolali yang sudah memiliki konsumen tetap di berbagai kota besar di tanah air. Bahkan, sejumlah perajin karya seni logam Cepogo juga ada yang sudah memiliki pelanggan tetap di luar negeri.
Sayangnya, gonjang-ganjing harga logam dasar seperti tembaga dan kuningan yang terjadi akhir-akhir ini menjadi batu sandungan yang sangat serius bagi kelangsungan industri kerajinan logam di wilayah Cepogo dan sekitarnya. Padahal bahan logam itu merupakan bahan baku utama bagi industri kerajinan logam Cepogo. Lonjakan harga logam yang dipicu oleh kenaikan harga komoditi logam di pasar dunia itu tampaknya tidak bisa diajak kompromi lagi sehingga jatuhnya korban berupa kolapsnya sejumlah pelaku industri kerajinan logam di Cepogo sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Lonjakan harga bahan baku logam sebetulnya hanyalah merupakan salah satu penyebab rontoknya kalangan pelaku industri kerajinan logam di Cepogo dan mungkin juga di daerah lainnya di tanah air. Masih ada faktor lainnya yang menyebabkan menciutnya pasar barang kerajinan logam, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Faktor tersebut tidak lain adalah menurunnya pertumbuhan ekonomi nasional maupun global sebagai dampak dari kenaikan harga minyak mentah dunia. Lonjakan harga minyak dunia yang pada bulan April 2008 lalu telah mencapai level US$ 120 per barrel telah mendongkrak kenaikan harga berbagai komoditi lainnya seperti komoditi pangan (biji-bijian dan serealia), komoditi perkebunan (minyak kelapa sawit, karet, kopi, kakao dan lain-lain) serta komoditi tambang (besi-baja, emas, nikel, tembaga, timah dan lain-lain). Kenaikan harga berbagai komoditi tersebut telah mengakibatkan daya beli masyarakat berkurang sehingga pertumbuhan ekonomi pun mengalami penurunan.
Namun, di tengah bergugurannya para pelaku industri kerajinan logam di Cepogo, ternyata masih ada segelintir industri kerajinan logam Cepogo yang tetap dapat bertahan dari badai krisis bahan baku dan penciutan pertumbuhan ekonomi. Salah satu diantara mereka adalah Benny Daryanto dengan Asta Kriya Art-nya.
benny-daryanto1Kelangkaan bahan baku bisa diatasi Benny dengan secara aktif mencari sumber bahan baku ke kota-kota lain di tanah air. Benny juga memanfaatkan jaringan pemasok bahan baku di berbagai kota untuk menjaga kelangsungan pasokan bahan baku logamnya. Sementara itu, penciutan pasar dapat diatasi Benny dengan cara melakukan berbagai terobosan pemasaran produk ke kota-kota besar di tanah air serta dengan meningkatkan frekuensi keikutsertaan di dalam berbagai pameran. Upaya tersebut selama ini cukup berhasil mengatasi kendala kelangkaan bahan baku dan penciutan pasar.
Sebelum membuka usaha sendiri, selama sembilan tahun Benny bekerja pada sebuah perusahaan industri kerajinan logam di Cepogo. Masa kerja selama sembilan tahun itu merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi Benny karena sejak awal Benny memang bercita-cita untuk mendirikan usaha kerajinan logam sendiri. Karena itu, Benny betul-betul memanfaatkan masa kerja tersebut sebagai ajang untuk menimba ilmu dalam rangka mempersiapkan diri mengelola usaha industri kerajinan logam sendiri.
Setelah merasa mampu untuk mendirikan usaha sendiri, pada tahun 2001 Benny mengundurkan diri dari perusahaan tempatnya bekerja. Selanjutnya pada tahun itu juga Benny langsung mendirikan usaha industri kerajinan logam Asta Kriya Art bersama dua rekan seperjuangannya. Bersama dua rekannya itu Benny betul-betul membangun usaha industri kerajinan logamnya itu dari nol. Dengan modal seadanya hasil bekerja selama sembilan tahun ditambah pengetahuan teknis produksi yang dimiliki serta jaringan pemasaran yang sedikit banyak sudah dikenalnya, industri kerajinan logam Asta Kriya Art terus berkembang setahap demi setahap. Proyek pertama yang ditangani Benny dan kawan-kawan adalah proyek pengadaan bagian-bagian bangunan yang terbuat dari tembaga untuk Balai Kota Solo pada tahun 2001.
Setelah proyek Balai Kota Solo rampung dengan sukses, pesanan berikutnya terus mengalir, baik dari berbagai kota di tanah air maupun dari luar negeri. Dengan terus mengalirnya pesanan itu, Benny dan kawan-kawan kini mengerjakan sekitar 90% kegiatan produksi berdasarkan pesanan yang masuk dan hanya 10% saja yang diproduksi untuk stok, khususnya untuk produk-produk berukuran kecil seperti produk hiasan interior.
Kini setelah tujuh tahun berlalu, Benny telah memiliki 19 orang karyawan yang mampu menghasilkan berbagai produk kerajinan logam dengan bermacam ragam desain, mulai dari produk berukuran kecil hingga produk berukuran besar. Mengenai desain produk yang dihasilkannya, Benny mengaku kebanyakan desain itu berasal dari pembeli yang memesan pembuatan suatu produk tertentu. Namun demikian, banyak juga barang-barang kerajinan logam buatan Benny yang desainnya dirancang oleh Benny sendiri.
Benny mengaku volume produksi barang kerajinan logamnya sangat bervariasi, tergantung kepada pesanan yang masuk, ukuran produk dan tingkat kerumitan dalam proses pembuatannya. Misalnya pembuatan patung yang membutuhkan keahlian khusus dengan tingkat kerumitan yang cukup tinggi akan memakan waktu yang lebih lama ketimbang membuat vas bunga atau kap lampu. Demikian pula lama pembuatan lampu gantung berbeda dengan lama pembuatan produk hiasan interior atau hiasan dinding berbentuk relief.
Mengingat ukuran dan tingkat kesulitan atau kerumitan dalam proses pembuatannya berbeda-beda, maka harga produk kerajinan logam buatan Benny pun sangat bervariasi mulai dari Rp 100.000 per unit hingga Rp 250 juta per unit.
Produk kerajinan logam yang pernah dibuat Benny dengan ukuran terbesar adalah patung burung hantu yang memiliki rentang sayap mencapai 12 meter. Patung burung hantu tersebut kini dipajang di rumah pribadi milik Ki Joko Bodo di bilangan Jakarta Timur.
industri-kerajinan-logam-cepogo-milik-benny-daryantoSelain Ki Joko Bodo yang pernah memesan pembuatan patung burung hantu, kalangan selebriti ibukota, baik dari kalangan artis penyanyi, bintang film atau pun kalangan pejabat pemerintah, juga banyak yang menjadi pembeli berbagai produk kerajinan logam tembaga atau kuningan buatan Benny.
Benny juga pernah mendapatkan pesanan pembuatan lambang burung garuda untuk dipajang di Istana Negara dengan ukuran rentang sayap 2,25 meter. Benny juga pernah mendapatkan pesanan dari Islamic Centre di Samarinda, Kalimantan Timur untuk membuat tujuh makara (bagian paling atas dari menara atau kubah) dari kuningan, enam makara diantaranya dipasang di atas menara dan satu makara di pasang di atas kubah.
Bahan baku logam yang digunakan Benny berupa lempengan (plat) tembaga dan kuningan dengan ukuran panjang 2 meter x lebar 1 meter. Lempengan logam tembaga dan kuningan yang biasanya diimpor dari Korea Selatan itu memiliki ketebalan antara 0,5 mm sampai 0,8 mm. Lonjakan harga bahan baku tembaga dan kuningan yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir telah mengakibatkan banyak pelaku usaha kerajinan logam di Cepogo terpaksa menutup kegiatan usahanya. Bahan baku logam tembaga dan kuningan yang biasanya banyak tersedia di sejumlah gerai pemasok di Boyolali, Solo, Semarang, kini selain harganya mahal, ketersediaannya pun menjadi langka. Harga logam tembaga yang biasanya hanya Rp 40.000 per kg kini sudah melonjak menjadi Rp 105.000 per kg.
Untuk mengatasi kelangkaan bahan baku tembaga dan kuningan yang biasanya dipasok oleh para pemasok di sekitar kota Boyolali, Solo atau Semarang, Benny terpaksa harus sering melakukan perjalanan ke luar kota hanya untuk mendapatkan pasokan bahan baku logam. Untungnya, Benny kini telah menemukan pemasok lempengan tembaga dan kuningan di Glodok, Jakarta yang siap memasok berapa pun kebutuhan Benny.
Benny mengakui pameran merupakan salah satu cara yang efektif untuk memperluas pasar. Setiap tahunnya rata-rata Benny mengikuti sedikitnya 7 kali pameran di berbagai kota di tanah air, terutama di Jakarta dan Bali. Karena itu, tidak mengherankan apabila penjualan terbesar barang kerajinan logam buatan Benny dilakukan ke Jakarta dan Bali.
Kegiatan ekspor dilakukan Benny ke Australia sejak tahun 2004, namun kegiatan ekspor tersebut terpaksa dihentikan karena Benny tidak sanggup memenuhi semua pesanan dalam jumlah masal/besar. Keterbatasan tenaga kerja terampil yang dimiliki Benny menjadi penyebab sulitnya memenuhi permintaan ekspor itu, sedangkan untuk melatih tenaga-tenaga kerja baru yang ‘mumpuni’ dibutuhkan waktu cukup lama.
Disadur dari : Media Industri (No.3.2008) Departemen Perindustrian RI

0 komentar:

Posting Komentar

Author

industri rumahan
Lihat profil lengkapku

Pengikut

pengunjung .

Buku Tamu


ShoutMix chat widget

search ?