Jumat, 11 November 2011

Industri Pengrajin sepatu membutuhkan 200.000 tenaga jahit

SIDOARJO: Pada 2008, Indonesia diperkirakan membutuhkan tambahan tenaga kerja
terampil bidang jahit sepatu sedikitnya 200.000 orang, un-tuk mencapai target
ekspor produk alas kaki senilai US$2,3 miliar pada dua tahun mendatang. Direktur
Industri Aneka Ditjen Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka (ILMTA) Depperin
Nugraha Soekmawidjaja mengatakan kendala utama industri sepatu di dalam negeri
dalam meningkatkan daya saing dan produktivitas adalah minimnya ketersediaan
tenaga kerja terampil bidang jahit sepatu.

Menurut dia, jumlah tenaga terampil bidang jahit di industri sepatu domestik
saat sekarang hanya 300.000 orang, itu pun tingkat produktivitasnya tergolong
rendah yakni hanya menghasilkan dua pasang sepatu per hari.

Volume produksi pekerja jahit itu menurun dibandingkan l997 yang tercatat
sebanyak 500.000 orang tatkala industri sepatu masih mengalami masa keemasan.
Untuk itu, harus diciptakan tenaga jahit baru sebanyak 200.000 orang pada dua
tahun mendatang melalui program pelatihan, untuk memanfaatkan peluang ekspor
produk alas kaki.

"Nilai ekspor produk alas kaki Indonesia pada 2008 ditargetkan dapat naik
menjadi US$2,3 miliar dibandingkan tahun ini yang diperkirakan US$1,5 miliar.
Untuk tahun depan diproyeksikan ekspornya sekitar US$1,8 miliar. Untuk itu harus
disiapkan SDM bidang jahit sepatu sejak sekarang," ujarnya di Sidoarjo, kemarin,
saat membuka pelatihan 100 instruktur jahit sepatu di Indonesian Footwear
Service Centre (IFSC/Pusat Pelayanan Industri Persepatuan Sidoarjo).

Ke-100 tenaga jahit sepatu itu akan diterjunkan ke sentra-sentra industri sepatu
guna menciptakan 6.000 orang tenaga baru jahit sepatu.

Nugraha menambahkan pencapaian target ekspor sepatu membutuhkan ketersediaan
tenaga jahit yang produktif dengan hasil tiga pasang sepatu per hari.

Dia menyebutkan Vietnam yang memiliki 250 perusahaan sepatu, pada tahun lalu
mampu mengekspor produk alas kaki senilai US$3 miliar, karena tenaga jahitnya
mampu menghasilkan empat pasang per hari. Sedangkan Indonesia dengan jumlah 350
perusahaan hanya mampu mengekspor senilai US$1,5 miliar.

"Minimnya ketersediaan tenaga terampil bidang jahit juga menjadi kendala bagi
masuknya calon investor sepatu. Apalagi beberapa pabrik sepatu yang telah
beroperasi saat ini juga masih kekurangan pekerja bidang jahit," papar Nugraha.

Ketua Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Jawa Timur Sutan R.P. Siregar,
mengakui ketersediaan tenaga jahit sepatu yang terampil mampu mendukung daya
saing industri sepatu, karena sebanyak 60% dari operasional pabrik sepatu
merupakan pekerja di bidang penjahitan.

0 komentar:

Posting Komentar

Author

industri rumahan
Lihat profil lengkapku

Pengikut

pengunjung .

Buku Tamu


ShoutMix chat widget

search ?