Kamis, 08 Desember 2011

Strategi Perusahaan Besar Jadi Pemimpin Industri Kopi Dunia

JAKARTA - Untuk menguasai pasar kopi dunia, industri kopi nasional berencana meningkatkan kapasitas produksi kopi tanah air. Bahkan industri kopi menargetkan peningkatan bisa mencapai 1,3 juta ton per tahun dalam lima tahun terakhir.


"Untuk saat ini produksi kopi di Indonesia berada di peringkat ketiga dunia. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, Produksi nasional kopi tahun lalu mencapai 690 ribu ton per tahun dengan luas lahan 1,2 juta hektar (ha), artinya produksi kopi nasional hanya 6 persen dari total produksi kopi dunia yang mencapai 7,18 juta ton," kata Wakil Ketua Umum Bidang Industri dan Spesialty, Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Pranoto Soenarto di Jakarta, kemarin.


Menurut Pranoto, Saat ini rata-rata produksi kopi di Indonesia hanya mencapai 700 kilogram per hektar per tahun. Padahal Vietnam dengan luas lahan dan waktu yang sama bisa menghasilkan tiga ton, sehingga total secara nasional mampu menghasilkan 1,2 juta ton, Brazil mampu mencapai lima ton per tahun, dengan total produksi mampu mencapai 3,5 juta ton per tahun.


"Hal ini disebabkan lahan kopi Indonesia tidak menggunakan pupuk kimia serta kekurangtahuan petani akan cara memetik yang benar. Hanya saja, hal itu juga menjadi kelebihan Indonesia dimana hanya menggunakan pupuk kandang untuk benih kopi dan ini berbeda dengan Vietnam yang saat ini menggunakan pupuk kimia dan pestisida," paparnya. ind/E-12

Strategi Perusahaan Besar Jadi Pemimpin Industri Kopi Dunia

JAKARTA - Untuk menguasai pasar kopi dunia, industri kopi nasional berencana meningkatkan kapasitas produksi kopi tanah air. Bahkan industri kopi menargetkan peningkatan bisa mencapai 1,3 juta ton per tahun dalam lima tahun terakhir.

"Untuk saat ini produksi kopi di Indonesia berada di peringkat ketiga dunia. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, Produksi nasional kopi tahun lalu mencapai 690 ribu ton per tahun dengan luas lahan 1,2 juta hektar (ha), artinya produksi kopi nasional hanya 6 persen dari total produksi kopi dunia yang mencapai 7,18 juta ton," kata Wakil Ketua Umum Bidang Industri dan Spesialty, Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Pranoto Soenarto di Jakarta, kemarin.

Menurut Pranoto, Saat ini rata-rata produksi kopi di Indonesia hanya mencapai 700 kilogram per hektar per tahun. Padahal Vietnam dengan luas lahan dan waktu yang sama bisa menghasilkan tiga ton, sehingga total secara nasional mampu menghasilkan 1,2 juta ton, Brazil mampu mencapai lima ton per tahun, dengan total produksi mampu mencapai 3,5 juta ton per tahun.

"Hal ini disebabkan lahan kopi Indonesia tidak menggunakan pupuk kimia serta kekurangtahuan petani akan cara memetik yang benar. Hanya saja, hal itu juga menjadi kelebihan Indonesia dimana hanya menggunakan pupuk kandang untuk benih kopi dan ini berbeda dengan Vietnam yang saat ini menggunakan pupuk kimia dan pestisida," paparnya. ind/E-12

KIAT INDUSTRI LAMPU



















Jakarta - Sebanyak 12 pabrik lampu hemat energi (LHE) di dalam negeri secara resmi telah mengajukan pengenaansafeguard bagi produk LHE impor China kepada Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI). 


Produsen lampu LHE lokal tersebut mendesak segera diberlakukan bea masuk tambahan safeguard terhadap produk LHE impor Negeri Tirai Bambu yang sudah sangat membanjiri pasar dalam negeri.


"Sekarang dalam proses, mereka harus melalui investigasi. Tetapi saya harapkan lebih cepat, safeguardjangan terlalu panjang (investigasinya) takut keburu para produsen pada pindah alamat jadi importir. Harapan saya dengan menteri baru ada semangat baru," kata Ketua Umum Asosiasi Industri Perlampuan Indonesia (Aperlindo) John Manoppo kepada detikFinance, Selasa (25/10/2011).


Ia mengatakan pengajuan safeguard terhadap produk LHE China sudah diajukan Aperlindo sebulan lalu ke KPPI Kementerian Perdagangan. Ia berharap produk-produk LHE China bisa ditekan keberadaanya di pasar dalam negeri.


"Yang kita ajukan hanya produk LHE China saja karena 95% impor dari sana, nggak banyak dari negara lain," katanya.


John mengatakan saat ini kondisi 12 pabrik LHE anggotanya sangat memprihatinkan. Rata-rata para pabrik hanya mampu berproduksi 20% dari kapasitas produksi yang mencapai 200 juta unit per tahun. Sebagai gambaran, tahun ini permintaan LHE di dalam negeri akan menembus 260 juta unit namun yang bisa dinikmati produsen lokal hanya 40 juta unit.


Sekarang ini rata-rata kapasitas produksi satu pabrik 10 juta unit per tahun, tapi mereka hanya produksi 4 juta unit per tahun. Maksimal satu pabrik yang paling besar kapasitas 20 juta unit per tahun.

PROSPEK INDUSTRI PAKAN TERNAK AYAM



Analisis Strategis (Analisis SWOT)
Kekuatan (Strength)
Dua lingkungan yang dihadapi oleh perusahaan mencakup lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan internal terdiri atas faktor kekuatan dan kelemahan. Industri pakan ayam ras faktor yang menjadi kekuatan pengembangan usaha meliputi sebagai berikut.
  1. Penerapan atau penguasaan teknologi tinggi pada industri pakan ternak ayam dalam memproduksi pakan ternak menjadi efisien untuk mencapai target penjualan.
  2. Tingkat keuntungan usaha cukup besar karena industri pakan termasuk industri padat modal dengan menggunakan teknologi tinggi, sehingga efisiensi produksi dapat dicapai.
  3. Ketersediaan sumberdaya manusia yang murah dalam jumlah cukup banyak merupakan keunggulan komparatif untuk berinvestasi di Indonesia.
  4. Lokasi industri yang strategis berada di daerah sentra peternakan unggas, karena lokasi untuk industri telah dipetakan menurut tata ruang wilayah.
  5. Jaringan/distribusi pemasaran sudah terkoordinasi. Hal ini karena disamping perusahaan memiliki peternakan sendiri, juga menjalin kerjasama dengan peternakan mitra.
  6. Aksesbilitas untuk mendapatkan bahan baku cukup baik, karena terdapat informasi yang cukup banyak untuk mendapatkan bahan baku dan umumnya industri pakan menjadi pelanggan beberapa pemasok bahan baku impor.
  7. Kualitas produk yang terjamin di bawah pengawasan Quality Control perusahaan yang sesuai dengan standar internasional, karena produk diproduksi dengan teknologi mekanisasi yang canggih.
  8. Kualitas bahan baku terjamin. Bahan baku diperoleh dari impor yang sudah sesuai dengan standar internasional.
Kelemahan (Weakness)
Faktor kelemahan dalam industri ini meliputi sebagai berikut.
  1. Bahan baku utama masih tergantung impor yang sangat dipengaruhi oleh nilai kurs mata uang.
  2. Kebutuhan modal/investasi cukup besar karena industri pakan ternak ini termasuk industri padat modal dengan menggunakan teknologi tinggi.
  3. Volume bahan baku subtitusi masih relatif terbatas.
  4. Fluktuasi harga bahan baku.
  5. Struktur industri rentan terhadap fluktuasi nilai tukar. Hal ini disebabkan oleh pengadaan bahan baku utama yang masih impor.
  6. Kualitas sumberdaya manusia yang masih rendah yang akan mempengaruhi efektifitas dan efisiensi produksi pakan ternak, meskipun tersedia dalam jumlah besar dan murah.
Peluang (Opportunities)
Lingkungan eksternal yang dihadapi perusahaan berupa peluang dan ancaman. Faktor peluang ini meliputi sebagai berikut.
  1. Dukungan pemerintah pada agribisnis peternakan yang tidak hanya berhenti pada tingkat budidaya tetapi juga mendorong industri yang mempunyai keterkaitan ke belakang (backward linkage) dan keterkaitan ke depan (foreward linkage). Industri pakan ternak sangat penting peranannya dalam menunjang pembangunan peternakan unggas nasional. Kebijakan pemerintah yang menjadikan bahan baku pakan dan pakan menjadi komoditas strategis berimplikasi pada penghapusan pengenaan PPN 10% terhadap komoditas tersebut.
  2. Perbaikan kondisi ekonomi makro. Adanya perbaikan perekonomian nasional yang diindikasikan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2000 yang semakin kuat memberikan harapan untuk berinvestasi dan berusaha kembali. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang membaik, sub sektor peternakan yang merupakan pasar industri pakan nampak mengalami pemulihan dan pertumbuhan yang cukup signifikan.
  3. Trend permintaan produk ayam ras yang cenderung meningkat yang ditunjukkan dengan semakin meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat akan produk-produk ayam ras.
  4. Industri perunggasan semakin berkembang. Meningkatnya permintaan masyarakat terhadap produk peternakan dan semakin membaiknya perekonomian indonesia membuat industri perunggasan menjadi bergairah, sehingga memberikan peluang bagi berkembangnya industri pakan ternak.
  5. Terdapatnya bahan baku alternatif yang cukup beragam, meskipun dalam volume yang masih terbatas.
Ancaman (Threat)
Faktor ancaman yang perlu diantisipasi oleh industri pakan adalah sebagai berikut.
  1. Situasi politik dan keamanan dalam negeri yang masih rawan akan berdampak negatif pada jalannya bisnis pakan ternak. Selain faktor keamanan yang rawan kerusuhan juga dampak pada melemahnya nilai tukar yang mempengaruhi pembiayaan impor bahan baku.
  2. Kesepakatan AFTA/NAFTA atau perdagangan bebas. Secara keseluruhan bisnis perunggasan belum siap menghadapi perdagangan bebas. Efektifitas dan efisiensi masih menjadi kendala untuk bersaing dengan industri luar negeri.
  3. Fluktuasi nilai tukar mata uang yang berimplikasi pada pembiayaan impor bahan baku karena lebih kurang 80% bahan baku tersebut masih diimpor.
Langkah selanjutnya untuk merumuskan strategi adalah mengkombinasikan analisis faktor internal dan eksternal dalam analisis SWOT. Analisis SWOT merupakan kombinasi strategi yang dapat dipilih oleh perusahaan dalam menjalankan usahanya, sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.



http://ternakonline.files.wordpress.com/2010/10/budidaya-ayam-viterna.jpg
KEKUATAN-S
KELEMAHAN-W
1. Penguasaan teknologi tinggi.
2. Tingkat keuntungan usaha cukup besar.
3. Ketersediaan SDM yang murah.
4. Lokasi industri yang strategis.
5. Jaringan /distribusi pemasaran yang ter-koordinasi.
6. Aksesbilitas bahan baku.
7. Kualitas produk ter-jamin.
8. Kualitas bahan baku terjamin.
1. Bahan baku utama masih tergantung impor.
2. Kebutuhan modal/investasi cukup besar.
3. Volume bahan baku subtitusi relatif terbatas
4. Fluktuasi harga bahan baku.
5. Struktur industri rentan terhadap gejolak nilai tukar.
6. Kualitas SDM masih rendah.




PELUANG-O
STRATEGI S-O
STRATEGI W-O
1. Dukungan pemerintah.
2. Perbaikan ekonomi makro.
3. Permintaan produk ayam ras meningkat.
4. Berkembangnya industri perunggasan.
5. Terdapatnya bahan baku alternatif.
1. Melakukan ekspansi/ pengembangan usaha dan perluasan pasar dengan tetap menjaga kesinambungansupply- demand.
2. Melakukan diversifi-kasi produk untuk mencapai keuntungan yang maksimal.
3. Mempertahankan ja-ringan distribusi yang telah terkoordinasi.
1. Menggairahkan iklim berinvestasi dalam in-dustri pakan ternak.
2. Pengembangan research and development untuk pengembangan bahan baku pakan alternatif.
3. Mendorong peme-rintah untuk dapat menjamin kestabilan nilai tukar rupiah.
4. Peningkatan kualitas SDM dengan mem-perbaiki sistem pen-didikan nasional.
ANCAMAN-T
STRATEGI S-T
STRATEGI W-T
1. Situasi politik dan keamanan masih rawan.
2. Perdagangan bebas.
3. Fluktuasi nilai tukar mata uang.
1. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi produksi dengan pe-nguasan teknologi tinggi.
2. Memantapkan sistem agribisnis dari hulu sampai hilir
3. Meningkatkan kompe-tensi industri pakan ternak dengan standari-sasi kualitas produk dan industri.
1. Membangun sistem pasar yang efektif dan efisien dengan mene-rapkan pasar bursa berjangka (future market) agar industri dapat melakukan lindung harga (hedging) dengan kurs fixed ratedan menjamin pengadaan bahan baku.

Apakah industri minyak kelapa menyesatkan masyarakat?

Para anggota Komisi Minyak Kelapa Indonesia (Indonesian Palm Oil Commission/IPOC) sedang mendistribusikan hal-hal yang salah dalam mengemukakan sesuatu yang benar, menurut beberapa orang yang telah melihat presentasi dari anggota komisi tersebut. 


Para pegawai ini rupanya berpendapat bahwa perkebunan kelapa sawit menyimpan berkali-kali lipat lebih banyak CO2 daripada hutan alami, dan karenanya mengubah hutan untuk perkebunan adalah cara terbaik untuk melawan perubahan iklim. 


Dalam membuat pernyataan semacam itu, para representatif Indonesia secara nyata mengabaikan data yang menunjukkan sebaliknya, meletakkan kredibilitas dari industri kelapa sawit dalam resiko, dan merusak usaha-usaha untuk memperlambat penggundulan hutan dan pengendalian dalam emisi gas rumah kaca. 


Sebuah pamflet yang disebarkan oleh IPOC menyatakan: "Dibandingkan dengan hutan tropis, perkebunan kelapa sawit memiliki [sic] beberapa kelebihan ramah lingkungan, perkebunan menyimpan lebih banyak karbon dioksida (CO2) dan melepaskan lebih banyak oksigen (O2) dibandingkan dengan hutan tropis, yang mana ini menguntungkan bagi lingkungan." 


Beberapa ilmuwan akan mendukung pernyataan bahwa perkebunan kelapa sawit melepas lebih banyak karbon dibandingkan dengan hutan tropis alami. Bahkan, beberapa penelitian terbaru menunjukkan bahwa perkebunan kelapa sawit, jika dibangun di daerah lahan gambut dan hutan alami, menghasilkan lebih banyak emisi gas rumah kaca dibandingkan dengan hutan alami. Jika penggunaan pupuk dan emisi dari proses dimasukkan ke dalam perhitungan, dampak pada iklim dari pengubahan hutan alami untuk kelapa sawit bahkal lebih besar lagi. 


Seperti kasus pada tumbuhan apapun, pohon-pohon kelapa sawit memang menyita karbon karena saat mereka tumbuh - karbon adalah blok pertumbuhan dasar dalam jaringan tumbuhan. Walau demikian, proses penggundulan hutan dalam rangka mendirikan sebuah perkebunan melepaskan lebih banyak karbon dibandingkan yang akan digunakan oleh kelapa sawit-kelapa sawit yang tumbuh. Jadi, sementara sebuah perkebunan kelapa sawit baru akan tumbuh lebih cepat - dan menyita karbon lebih tinggi pada hitungan tahunan - dibandingkan dengan hutan alami yang terus beregenerasi, pada akhirnya, perkebunan minyak ini akan tetap menyimpan lebih sedikit karbon (50-90 persen lebih rendah dalam 20 tahun) dari pada kawasan hutan aslinya. 


Pelepasan karbon bahkan lebih tinggi jika perkebunan didirikan di lahan gambut, yang menyimpan karbon dalam jumlah banyak namun melepasnya saat mereka kekurangan air. (terbuka karena udara, gambut secara cepat beroksidasi, dekomposisasi, dan melepaskan karbon dioksida.) 


"Emisi dari pengubahan hutan jelas mempercepat fiksasi potensial karbon dari penanaman kelapa sawit," Germer dan Sauerborn menulis dalam makalah tahun 2007 yang dicetak dalam jurnal Environment, Development and Sustainability. "Pengubahan hutan pada tanah bermineral untuk mengembangkan panen tunggal kelapa sawit menyebabkan bersihnya pelepasan 650 Mg karbon dioksida ekuivalen per hektar, sementara emisi dari pengubahan hutan gambut lebih tinggi karena dekomposasi dari gambut kering dan penghasilan emisi dari karbon oksid dan nitro oksid." 


Germer dan Sauerborn melanjutkan: "Pengubahan dari satu hektar hutan pada gambut melepaskan lebih dari 1.300 Mg karbon dioksida ekuivalen selama putaran 25 tahun pertama pertumbuhan kelapa sawit. Bergantung pada kedalaman gambut, dekomposasi secara terus-menerus memperbanyak emisi dengan setiap tambahan putaran sebesar 800 Mg karbondioksida ekuivalen per hektar." 


Meine van Noordwijk dari World Agroforestry Center (ICRAF) mengatakan bahwa pernyataan industri tentang superioritas karbon untuk perkebunan jatuh saat mereka melihat gambaran besarnya. 


Sementara masa hidup rata-rata dari perkebunan kelapa sawit di bawah 30-40 tahun. 


Pada tanah gambut, keseimbangan karbon bahkan lebih tidak baik bagi perkebunan kelapa sawit karena emisi dari pengeringan. 


Van Noordwijk menambahkan: "Stok karbon bawah tanah di lahan gambut mungkin saja ribuan dari t C/ha, dan yang dilepaskan mungkn 30-50 t C/ha/tahun - jadi penyerapan di atas tanah dengan pertumbuhan cepat bubur kertas atau kelapa sawit hanya 10 persen dari kehilangan dari gambut secara bersamaan. Adalah suatu eksperimen besar dalam fertilisasi CO2 jika Anda menumbuhkan pepohonan di gambut yang telah dikeringkan sedalam 80 cm sesuai standar praktek di Indonesia." 


Data dari Wetlands International, sebuah kelompok lingkungan hidup terkemuka yang telah mengeluarkan penelitian yang banyak dipuji tentang emisi dari degradasi dan perusakan lahan gambut, menunjukkan bahwa produksi darisatu ton minyak kelapa di lahan gambut menghasilkan emisi karbon dioksida hingga 33 ton. Wetlands International memperkirakan bahwa 1,5 juta hektar dari minyak kelapa yang ditanam di lahan gambut di Indonesia menyumbangkan 100 ton emisi karbon dioksida per hektar, hanya dari pengeringan saja. 


Sementara data menunjukkan bahwa perkebunan kelapa sawit bukanlah bandingan bagi hutan alami dalam hal penyimpanan karbon, minyak kelapa masih dapat berperan dalam usaha pengurangan emisi gas rumah kaca. Kelapa saawit adalah satu dari bibit minyak yang paling produktif di dunia - dalam ukuran berdasar per unit area, biodiesel dihasilkan dari kelapa sawit jauh melampaui bio diesel konvensional seperti jagung, kedelai, bibit gula rapeseet, dan tebu. 


Dengan kata lain, menggunakan kelapa sawit sebagai sumber biodiesel akan membutuhkan lebih sedikit lahan konversi untuk stok bioenergi dibanding sumber lain, dan menyisakan lebih banyak lahan untuk digunakan kepentingan lain, termasuk konservasi. 


Kunci untuk memaksimalkan keuntungan potensial dari minyak kelapa adalah dengan mendirikan perkebunan di sepuluh dari ribuan hektar lahan sisa yang ditinggalkan dan sudah terlanjur gundul, sementara melindungi lahan gambut dan hutan alami negara yang masih ada untuk keanekaragaman hayati, penyimpan karbon, dan kegunaan ekosistem lainnya. 


Untuk menjadikannya kenyataan, pemerintah Indonesia, produsen minyak kelapa, dan konsumen minyak kelapa harus bekerja sama untuk membangun sebuah mekanisme pelacakan rantai persediaan yang transparan dan kuat untuk minyak kelapa atau paling tidak untuk memastikan bahwa hutan alami dan lahan gambut tidak diubah untuk produksi. 


Meski dapat dimengerti bahwa industri minyak kelapa ingin menggambarkan dengan cara yang terbaik, kepentingan utama mereka seharusnya terletak pada menjalankan usaha-usaha ini daripada mencoba menipu masyarakat. Taktik seperti itu di masa depan dapat justru menghasilkan serangan balik dari konsumen. 


Penulis adalah enterpreneur Amerika Serikat dengan latar belakang ekonomi. Dia dapat dihubungi di mongabay.com 




Indonesia: Profil Lingkungan


Menyelamatkan Orangutan di Borneo


Kenapa kelapa sawit menggantikan hutan hujan?


Kebakaran hutan sebagai hasil dari kegagalan pemerintah di Indonesia


Minyak Kelapa Tidak Harus Buruk Bagi Lingkungan


Borneo: Profil Lingkungan


Kredit karbon


Dapatkah konservasi lahan gambut jadi lebih menguntungkan


Apakah industri minyak kelapa menyesatkan masyarakat?


Strategi baru untuk melestarikan hutan tropis



TIPS MEMAJUKAN INDUSTRI SUTRA



Tahun 2012 Sulsel Target Produksi Sutra 250 Ton

KIAT MEMAJUKAN INDUSTRI ANIMASI

JAKARTA--MICOM: Industri film animasi meminta slot dua jam wajib untuk TV nasional menyiarkan film animasi karya lokal. 

Saat ini, animator lokal lebih banyak berhubungan langsung dengan industri film luar sehingga pertumbuhan maupun ekspornya tak terpantau pemerintah. Dengan demikian, pemerintah juga belum memberi dukungan yang maksimal. 

Hal tersebut disampaikan Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Hesti Kresnarini ketika menggelar jumpa pers Pekan Produk Kreatif Indonesia 2011, Jumat (8/7). "Mereka minta aturan paling tidak dua jam saja TV nasional wajib tayang," ungkapnya. 

Permintaan tersebut mengacu pada aturan di Korea Selatan yang lebih mendukung industri animasi. Duta Besar RI untuk Seoul Nicholas T Dammen dalam Ambassador Connect PPKI, mengungkapkan Korsel memiliki aturan jam tayang wajib hingga lima jam untuk film animasi lokal. 

Dengan adanya aturan itu industri animasi kemudian tumbuh cukup hingga saat ini ada 289 perusahaan animasi di Korsel. Penerimaan dari sektor animasi Korsel mencapai US$418,6 juta, US$89,6 juta di antaranya merupakan penerimaan hasil ekspor. 

Dukungan pemerintah untuk industri tersebut bisa juga diberikan berbeda. Mengaca kepada Inggris misalnya, bantuan tersebut bisa diberikan dalam bentuk subsidi untuk pemula. 

Hesti mengatakan, Kemendag telah memberikan sejumlah catatan hasil Ambassador Connect tersebut untuk didiskusikan dengan kementerian terkait, seperti Kementerian Komunikasi dan Informasi, serta Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.(*/X-12)

Author

industri rumahan
Lihat profil lengkapku

Pengikut

pengunjung .

Buku Tamu


ShoutMix chat widget

search ?