"Saat ini harga emas sedang berada di level tinggi. Hal ini menjadi hal yang menguntungkan untuk para pemilik akhir emas, tetapi untuk para pemain industri, hal ini tak selalu baik karena artinya daya beli sedang turun. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengakali keadaan ini adalah dengan melakukan ekspor. Saat ini, industri perhiasan Indonesia sudah mulai menjadi pemain internasional, tetapi sayangnya, kebanyakan barang kita dijual dalam bentuk bahan mentah, bukan dalam bentuk jadi," ungkap Leo Hadi Loe, Ketua Asosiasi Produsen Perhiasan Indonesia (APEPI) pada upacara pembukaan Jakarta International Jewellery Fair 2010, hari ini, Kamis (3/6/2010) di Cendrawasih Room, Jakarta Convention Center.
Pada saat yang bersamaan, Fauzi Aziz, Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (Dirjen IKM) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengatakan bahwa meski perhiasan termasuk kebutuhan sekunder bagi kebanyakan orang, namun, tetap memiliki nilai lindung yang menjadikan sebagai barang yang dicari. Dijelaskan pula oleh Fauzi Aziz, bahwa industri perhiasan termasuk dalam bagian kerajinan dan kreativitas, dan sudah sepantasnya menjadi bagian yang diprioritaskan, karena mampu memberikan kontribusi penerimaan devisa dan penyerapan tenaga kerja. Dari sektor perhiasan, Badan Pusat Statistik pada tahun 2009 memberi kontribusi sebanyak 31,7 persen tenaga kerja dan 32,44 persen untuk ekspor.
Bahkan, Fauzi sempat menyebutkan, pada tahun 2009 lalu, ekspor perhiasan tercatat sebanyak 1.02 miliar dolar AS, ini yang tercatat resmi, belum lagi yang perhiasannya dibawa dalam bentuk barang bawaan oleh para turis. Dalam sambutannya, Leo Hadi menyatakan, bahwa Indonesia memiliki 4 jenis produk perhiasan yang jika difokuskan, bisa menjadi pemain kelas dunia.
Keempat produk tersebut adalah; Yang pertama, emas, bahwa kita memiliki pabrikan emas yang sudah diekspor ke 40 negara dan merupakan pemain internasional. Kemudian, yang kedua, mutiara. Mutiara laut yang ada di dunia, kebanyakan disuplai dari Indonesia. Namun, karena masih banyak pertimbangan dan kekhawatiran, belum dikaryakan sebagai perhiasan. Lalu, yang ketiga, perak. Sebenarnya Indonesia memiliki perajin perak yang bagus, namun belum punya kesempatan untuk bertemu para pembeli di luar negeri. Karena jumlahnya yang banyak, sulit untuk difasilitasi. Yang terakhir, adalah batu permata. Indonesia memiliki banyak batu permata yang bagus. Namun, untuk bisa dijual ke pasar internasional, harus dalam bentuk yang industrial size. Sayangnya, pemotong batu permata di Indonesia belum banyak. Alhasil, kesulitan untuk menjual bahan mentah.
Leo juga mengatakan, bahwa banyak perajin-perajin perhiasan yang berpotensi, namun tak sempat terekspos ke pembeli atau pasar internasional. Sebenarnya untuk hal seperti ini dibutuhkan bantuan dari pemerintah. Tetapi sayangnya, karena jumlah perajin yang sangat banyak, tak mungkin juga untuk pemerintah memfasilitasi para perajin ini semua ke luar negeri. Karenanya, Leo mengatakan, amat dibutuhkan pameran-pameran perhiasan di Indonesia untuk menarik pembeli dari luar negeri dan memetakan industri perhiasan Indonesia di mata internasional.
Pada saat yang bersamaan, Fauzi Aziz, Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (Dirjen IKM) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengatakan bahwa meski perhiasan termasuk kebutuhan sekunder bagi kebanyakan orang, namun, tetap memiliki nilai lindung yang menjadikan sebagai barang yang dicari. Dijelaskan pula oleh Fauzi Aziz, bahwa industri perhiasan termasuk dalam bagian kerajinan dan kreativitas, dan sudah sepantasnya menjadi bagian yang diprioritaskan, karena mampu memberikan kontribusi penerimaan devisa dan penyerapan tenaga kerja. Dari sektor perhiasan, Badan Pusat Statistik pada tahun 2009 memberi kontribusi sebanyak 31,7 persen tenaga kerja dan 32,44 persen untuk ekspor.
Bahkan, Fauzi sempat menyebutkan, pada tahun 2009 lalu, ekspor perhiasan tercatat sebanyak 1.02 miliar dolar AS, ini yang tercatat resmi, belum lagi yang perhiasannya dibawa dalam bentuk barang bawaan oleh para turis. Dalam sambutannya, Leo Hadi menyatakan, bahwa Indonesia memiliki 4 jenis produk perhiasan yang jika difokuskan, bisa menjadi pemain kelas dunia.
Keempat produk tersebut adalah; Yang pertama, emas, bahwa kita memiliki pabrikan emas yang sudah diekspor ke 40 negara dan merupakan pemain internasional. Kemudian, yang kedua, mutiara. Mutiara laut yang ada di dunia, kebanyakan disuplai dari Indonesia. Namun, karena masih banyak pertimbangan dan kekhawatiran, belum dikaryakan sebagai perhiasan. Lalu, yang ketiga, perak. Sebenarnya Indonesia memiliki perajin perak yang bagus, namun belum punya kesempatan untuk bertemu para pembeli di luar negeri. Karena jumlahnya yang banyak, sulit untuk difasilitasi. Yang terakhir, adalah batu permata. Indonesia memiliki banyak batu permata yang bagus. Namun, untuk bisa dijual ke pasar internasional, harus dalam bentuk yang industrial size. Sayangnya, pemotong batu permata di Indonesia belum banyak. Alhasil, kesulitan untuk menjual bahan mentah.
Leo juga mengatakan, bahwa banyak perajin-perajin perhiasan yang berpotensi, namun tak sempat terekspos ke pembeli atau pasar internasional. Sebenarnya untuk hal seperti ini dibutuhkan bantuan dari pemerintah. Tetapi sayangnya, karena jumlah perajin yang sangat banyak, tak mungkin juga untuk pemerintah memfasilitasi para perajin ini semua ke luar negeri. Karenanya, Leo mengatakan, amat dibutuhkan pameran-pameran perhiasan di Indonesia untuk menarik pembeli dari luar negeri dan memetakan industri perhiasan Indonesia di mata internasional.
0 komentar:
Posting Komentar