Kamis, 10 November 2011

Kiat Majukan Industri Game




CE News, Jakarta: Anda maniak game sejak lama? Mungkin Anda mengenal sosok Ian Livingstone, salah satu pendiri Games Workshop di awal tahun 1975. Ia hadir di Indonesia Information Communication Technology Award (INAICTA) 2011 dan memberikan sekilas pandangannya tentang pasar industri game di Tanah Air. Ian yang kini menjabat sebagai Life President dari Eidos tampil dan membagikan kiat-kiatnya agar Indonesia bisa tampil sebagai pemain dalam industri games yang terus tumbuh ini.

Menurut Ian, perangkat mobile saat ini telah berubah menjadi tak hanya sekadar alat komunikasi antarmanusia modern tetapi juga  sebuah media sosial baru. Penemuan ialah tantangan. Pasar game mobile mencapai 13,4 miliar dollar USD hingga tahun 2013.

Dunia game makin membesar dari sebelumnya bahkan lebih besar dari industri DVD, film box office, musik, buku. Hasil studi bahkan menyimpulkan dua dari 3 rumah tangga memainkan video games, 1 dari 4 pemain game berusia lebih dari 50 tahun, dan 4 dari 10 pemain game berkelamin perempuan. Ini semua mematahkan asumsi yang umum beredar bahwa penyuka game adalah para remaja dan anak muda berjenis kelamin laki-laki.

Menilik konstelasi terbaru pasar games dunia saat ini, Ian memetakan sebagai berikut:
  • 10 juta unit kini bisa dicapai
  • 10 juta pelanggan MMO kini tidak lagi mustahil
  • Terinstal dalam perangkat bergerak kecuali ponsel lebih dari 100 juta games
  • Konsol berbasis TV terinstal di lebih dari 100 juta
  • Ponsel pintar mendekati 500 juta
  • 250 juta orang bermain game di Facebook saja

Bagaimana dengan kondisi dunia game Indonesia? Hingga saat ini ada 66 studio pengembangan game di Indonesia. Adapun jenis game yang dikembangkan ialah mobile games, online games, Facebook games, mini games, arcade games. Jenis platform yang digunakan biasanya ialah Flash, Java, iOS, Android. Pasar yang dilayani ialah 20 juta penikmat game. Selain itu ada 12,4 juta pemain game mobile dan sosial.

Ian menyorot beberapa perubahan dalam industri global. Para pengembang lebih Mandiri dari model tradisional. Ditemui pula tantangan pengembangan IP asli ‘AAA’. Pengembangan berskala menengah ternyata tak lagi memungkinkan untuk dilakukan. Yang patut dicermati adalah fenomena produk yang dijual di toko-toko resmi dan segmen menengah atas yang justru makin menurun.

Menyoal peluang industri game yang bisa digarap di tanah air, Ian menggarisbawahi terjadinya ledakan jumlah studio mikro di berbagai tempat di Indonesia. Studio yang lebih besar sedang berupaya lebih memapankan diri. Rintangan yang ada lebih rendah bagi usaha rintisan berisiko rendah atau pemula. Kabar gembiranya, biaya yang kini sudah lebih rendah berarti lebih banyak inovasi yang bisa diciptakan, lebih banyak cara untuk membuat game, dan lebih banyak cara untuk memonetisasi penjualan game.

Kemudian Ian memberikan saran tentang solusi yang bisa ditempuh oleh Indonesia jika ingin memajukan dunia game-nya. Kita harus mulai mengembangkan lebih banyak game sendiri dan membuat game yang original, dengan ide yang segar dan memiliki kekhasan yang membuatnya berbeda dari game luar negeri.

Agar bisa terkesan segar dan menarik, Ian menyarankan pembuat game untuk berpegang pada “childhood resonance” dan “universality of emotional connection”. Dengan kata lain, Ian berpendapat games yang bagus dan menarik haruslah bisa menghubungkan pemain dengan ingatan masa kecil mereka yang menyenangkan dan hubungan emosi yang bisa ditemui di dalam diri setiap manusia. Pengembang games juga harus mulai memperhatikan suara pelanggan jika tidak ingin tergerus persaingan yang makin ganas.

Yang lebih menarik lagi, Ian mengungkapkan 4 unsur kunci dari bermain menurut Johann Huizinga dalam bukunya “Homo Ludens” (1938):
  1. Bermain ialah kegiatan yang dilakukan secara sukarela.
  2. Bermain di luar kehidupan biasa.
  3. Bermain memiliki batasan tetap.
  4. Bermain meningkatkan kelompok sosial.
Cara membuat game yang baik adalah mencari keseimbangan antara waktu yang dihabiskan untuk bermain dengan tingkat kesulitan yang diberikan saat bermain. Jika pemain menjadi frustrasi atau bosan, bisa disimpulkan bahwa games yang dimainkan terlalu mudah, terlalu sulit/ membingungkan.

Pengembang game kini juga memiliki lebih banyak pilihan saluran dan pengembangan untuk memasarkan game yang telah dibuat. Beberapa di antaranya yang paling besar ialah Unreal Development, Facebook, Unity, XBox Live, Steam, Mac App Store, Playstation Network, Android, dan iOS.

Ian mengatakan bahwa pengalaman sangatlah berharga. Sukses tidak bisa diukur dengan uang saja. Sebuah game menjelaskan kualitas profesionalisme seorang pengembang. Pengalaman membuat kita lebih bisa mendapat kerja atau meniti karier di dunia game di masa depan. Dengan membuat dan memasarkan sendiri games kita, kita juga belajar untuk Mandiri. Seorang pengembang game juga harus terus menunjukkan kualitas terbaiknya dalam setiap karyanya.

Bagaimana agar bisa sukses di industri games? Ian memberikan kunci-kunci berikut ini:
  • Buat game yang bagus
  • Buat game yang orisinal
  • Penemuan : marketing/ PR/ viralitas
  • Dengarkan pelanggan baik dengan metrics/ analytics
  • Tambahkan konten live
  • Bangun komunitas dengan dasar game
  • Berikan hadiah bagi pelanggan
  • Bahagiakan orang = word of mouth= penjualan
  • Bangun IP asli= merek=waralaba= lisensi

Kepada Indonesia, Ian merekomendasikan untuk memasukkan ilmu komputer dalam kurikulum nasional sebagai dispilin ilmu wajib/ utama. Mengapa? Berikut 5 alasan Ian:
  1. Buat dan gunakan aplikasi: Indonesia harus mulai menjadi produsen, tidak melulu selalu menjadi konsumen.
  2. ICT bukan komputasi: Information Communication Technology tidak secara sempit terbatas dalam lingkup penggunaan komputer secara aplikatif dalam kehidupan sehari-hari.
  3. Hubungan ilmu komputer  bagi ICT ibarat menulis dengan membaca: Ilmu komputer bisa dikatakan sebagai cara untuk memproduksi teknologi, sementara ICT adalah cara mengkonsumsi teknologi. Keduanya harus berjalan seimbang, ibarat menulis dan membaca (memproduksi dan mengkonsumsi ide, gagasan).
  4. Ekonomi digital tidak bisa dibangun tanpa generasi melek teknologi digital: Ini merupaka prasyarat bagi sebuah bangsa yang ingin maju dalam era digital.
  5. Ilmu komputer ialah aksara baru: Dahulu umat manusia mengalami jaman pra-sejarah dan sejarah yang dibedakan berdasarkan kenal tidaknya sebuah masyarakat dengan aksara tulis. Kini masyarakat modern juga memiliki aksara baru, menurut Ian, yaitu ilmu komputer.

Ian Livingstone adalah sosok yang tak asing lagi di industri game internasional. Kiprahnya sudah teruji dan dikagumi banyak orang. Di awal karirnya tahun 1975, Ian merancang “Dungeons & Dragons “. Di bawah kepemimpinan Ian dan rekannya Jackson, Games Workshop meluas dari sebuah bisnis mikro yang dijalankan dari kamar tidur menjadi sebuah perusahaan raksasa produsen games yang sukses dan jaringan ritel games terkemuka dunia. Ian juga menulis buku “Fighting Fantasy” di tahun 1981 yang telah terjual sebanyak 14 juta eksemplar hingga sekarang. Ian adalah salah satu eksekutif di balik keberhasilan game tersohor “Tomb Raider” dengan karakter Lara Croft yang seksi tetapi tangguh. Kini ia menduduki jabatan Presiden Eidos, sebuah perusahaan teknologi video dari Inggris.  (*/Akhlis)

0 komentar:

Posting Komentar

Author

industri rumahan
Lihat profil lengkapku

Pengikut

pengunjung .

Buku Tamu


ShoutMix chat widget

search ?